Lingkungan pendidikan

 Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik scara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Jadi lingkungan Pendidikan merupakan latar tempat berlangsungnya Pendidikan. Berdasarkan hal tersebut Tirtaraharja (2005) mengatakan bahwa ada tiga lingkungan utama tempat berlangsungnya Pendidikan, yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lingkungan pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan sebab lingkungan pendidikan tersebut berfungsi menunjang proses belajar mengajar secara nyaman, tertib, dan berkelanjutan. Lingkungan ini kemudian secara khusus disebut sebagai lembaga pendidikan sesuai dangan jenis dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter lembaga. Menurut Hasbullah (2003), lingkungan pendidikan mencakup:

Tempat (lingkungan fisik ), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam

Kebudayaan (lingkungan budaya ) dengan warisan budaya tertentu seperti bahasa seni ekonomi, ilmu pengetahuan, pedagang hidup dan pedagang keagamaan; dan

Kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat) keluarga, kelompok bermain, desa perkumpulan dan lainnya.

LIngkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan searah. Keluarga itu dapat berbentuk keluarga inti ( ayah, ibu, dan anak ). Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial. Keluarga tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh. 

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Dalam sistem pendidikan nasional keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan, dimana ditegaskan bahwa pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup, dengan memberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan, dan sikap hidup yang mendukung kehidupan berbangsa, bermasyarakat dan bernegara kepada anggota keluarga. 

Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal.

Abdul Kadir (2012) mengatakan Pendidikan keluarga berfungsi:

Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak

Menjamin kehidupan emosional anak

Menanamkan dasar pendidikan moral

Memberikan dasar pendidikan sosial.

Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak

Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:

Pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan), merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini, terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan rutin ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern. Secara sederhana pendidikan prenatal dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar dan selamat.

Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir), merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu agama.

Dalam kaitannya dengan pendidikan pertama dan utama, maka keluarga memiliki dasar tanggung jawab terhadap pendidikan meliputi:

Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.

 Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.

Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.

Lingkungan Sekolah

Dalam arti yang luas lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia atau alam yang bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian atau hal-hal yang mempunyai hubungan dengan seseorang. 

Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral (budi pekerti) dan estetika (seni). 

Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas. Secara istilah Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa (atau “murid“) di bawah pengawasan guru. Dengan demikian, lingkungan sekolah dapat diartikan segala sesuatu yang tampak dan terdapat di sekolah, baik itu alam sekitar maupun setiap individu yang berada di dalamnya. Mengenai masalah ini, terdapat ayat al-Quran yang berbunyi :

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ

Artinya: Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang.(QS an-Nur 36)

رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ

Artinya: Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak oleh jual beli dari mengingati Allah, dan mendirikan sembahyang, dan membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS an-Nur 37)

Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik, dimana lembaga tersebut adalah sekolah. Semakin maju masyarakat, semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda, seelum masuk dalam proses membangun masyarakat. Di sisi lain sekolah juga mendapat kritik atas berbagai kelemahan dan kekurangan. 

Oleh karena itu sekolah seharusnya menjadi pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan. Sekolah yang demikianlah yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, maka secara bertahap mengembangkan sekolah menjadi suatu tempat pusat latihan (training center) manusia Indonesia di masa depan. 

Dengan kata lain sekolah sebagai pusat Pendidikan, sekolah mencerminkan masyarakat maju karena memanfaatkan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap berpijak pada ciri bangsa Indonesia. Dengan demikian, pendidikan di sekolah mampu secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, penguasaan pengetahuan, dan pemilikan keterampilan peserta didik.

Tirtaraharja (2005) menjelaskan adanya alternatif yang dapat dilakukan untuk mampu menjawab sekolah sebagai pusat latihan, diantaranya:

Melaksanakan pengajaran yang mendidik

Yakni pengajaran yang secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruksional bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Kondisi ini dapat direalisasikan apabila guru /pendidik mengajukan pertanyaan, apakah kegiatan belajar mengajar yang saya kelola ini, akan memberi kontribusi untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya? Jawabannya tidak hanya sebatas pada tujuan yang akan dicapai, tetapi dapat juga pada sumber belajar, mkegiatan belajar mengajar dan keteladanan guru/pendidik. Oleh karena itu proses belajar mampu memberi peranan dan tanggung jawab yang selaras dan seimbang antara guru dan peserta didik.

Dalam upaya mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru/pendidik dalam kegiatan belajar mengajar akan membawa berbagai dampak/efek kepada siswa, baik itu efek pengajaran/instructional effect maupun efek pengiring/nurturant effect. Efek pengajaran merupakan efek langsung dari bahan ajar yang menjadi isi/pesan dari belajar mengajar, yang ditujukan untuk mencapai tujuan instruksional. Efek pengiring merupakan efek tidak langsung bahan ajar atau pengalaman belajar yang dihayati peserta didik akibat dari strategi belajar mengajar yang menjadi landasan kegiatan pembelajaran. Efek pengiring pada umumnya terjadi karena peserta didik “menghidupi” (to live in) atau terlibat secara bermakna di dalam suatu pengajaran tertentu, yang pada umunya untuk tujuan jangka panjang, seperti; kreativitas, berpikir praktis, mampu bekerja mandiri, dan sebagainya.

Peningkatan dan Pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan.

Pengembangan kepribadian ke arah penyadaran jati diri sebagai manusia Indonesia merupakan sisi lain dari tujuan pendidikan nasional, selain penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemantapan jati diri lebih penting dari pada menguasai Iptek, karena kekuatan mental kepribadian akan mampu menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu pelaksanaan program bimbingan konseling merupakan salah satu upaya memantapkan jati diri peserta didik, melalui bimbingan terhadap pribadi melalui pendekatan kelompok ataupun individu

Pengembangan perpustakaan sekolah menjadi pusat sumber belajar

Buku merupakan jendela dunia, sehingga perpustakaan merupakan salah satu tempat peserta didik menuntut ilmu. Selain buku, sumber belajar lainnya dapat berupa sumber belajar yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Dengan perannya sebagai PSB, diharapkan peran perpustakaan akan leih aktif lagi dalam mendukung program pengajaran, bahkan dapat berperan sebagai “mitra kelas” dalam upaya menjawa tantangan perkembangan iptek yang semakin laju. Penyediaan berbagai perangkat lunak yang didukung dengan perangkat keras yang memadai sebagai bahan belajar mandiri, seperti modul, rekaman elektronik, computer, internet, dan video akan sangat penting terhadap pelaksanaan tugas peserta didik dan juga pendidik

Peningkatan dan pemantapan program pengelolaan sekolah.

Bagian ini merupakan bagian paling penting dalam mewujudkan sekolah sebagai pusat latihan, tanpa pengelolaan yang baik dan tepat, tidak akan terwujud sekolah yang diinginkan. Oleh karena itu para pengelola harus menjalankan tugas dan kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kesemua aspek yang mendasari peningkatan kualitas hendaknya di jalankan, tanpa melihat siapa dan apa yang dihadapi. Selain itu peserta didik yang baru mengenal sekolah, akan merasa bahwa terjadi suatu yang berbeda antara lingkungan sekolah dengan lingkungan keluarga atau rumah yang pernah mereka rasakan, walaupun mereka sebaya dan wawasan pengetahuan yang relatif sederajat, sekaligus menerima pengajaran yang sama, tetapi lingkungan yang berbeda akan mempengaruhi proses belajar peserta didik, oleh karena itu guru/pendidik harus bisa membedakan lingkungan keluarga dengan lingkungan sekolah, antara lain :

Suasana

Rumah adalah tempat anak-anak itu lahir dan kelahirannya juga disambut dengan sukacita. Kemudian setelah itu mereka diasuh oleh kedua orang tua mereka dengan penuh kasih sayang. Sedangkan di sekolah mereka akan menghadapi guru yang tak mereka kenal dan kasih sayang guru juga tak sedalam kasih sayang kedua orangnya.

Tanggung jawab

Di rumah, dikarenakan ayah dan ibu sebagai orang tua kandung anak-anak mereka, maka sudah barang tentu orang tua tersebut memiliki perhatian yang lebih terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak-anaknya. Sebaliknya di sekolah guru yang seharusnya memiliki kewajiban untuk mendidik peserta didiknya, sebagian besar guru merasa telah memenuhi kewajibannya ketika hanya berhasil menaikkan atau meluluskan peserta didiknya.

Kebebasan

Ketika di rumah anak memiliki kebebasan yang lebih dalam gerak-geriknya, ia bebas makan ketika lapar, atau tidur ketika ngantuk. Sedangkan di sekolah kebebasan semacam itu tak bisa di dapatkannya karena di sana ada aturan-aturan yang harus dipatuhi.

Pergaulan

Pergaulan di rumah senantiasa diliputi suasana kasih sayang, saling mengerti dan saling bantu membantu, meskipun terkadang terdapat pertikaian antara kakak dan adik, tetapi di luar rumah pasti kakak senantiasa melindungi adiknya. Di sekolah pergaulan antar murid lebih “luwes” . Mereka harus menghargai hak dan kepentingan masing-masing.

Hal-hal diatas, menunjukkan perbedaan yang asasi antara rumah dengan sekolah. Rumah ialah lingkungan pendidikan yang sewajarnya. Pemeliharaan orang tua terhadap anak bukan diperoleh dari suatu pengalaman, melainkan adalah sifat yang naluriah. Sekolah yang dibuat sendiri oleh manusia, karena semakin tinggi tingkat kebudayaan, maka tuntutan masyarakat bertambah tinggi pula. Lingkungan rumah tak lagi mampu mendidik anak dengan maksimal. Dengan demikian masyarakat mendirikan sekolah-sekolah, yang di sana dilaksanakan pendidikan untuk anak disertai peraturan-peraturan tertentu.

Lingkungan Masyarakat

Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat adalah pergaulan hidup manusia atau perkumpulan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan – ikatan aturan tertentu yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kelompok serta saling membutuhkan. Kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dan bekerja sama dibidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah merupakan sumber pendidikan bagi warga masyarakat , seperti lembaga-lembaga sosial budaya, yayasan-yayasan, organisasi-organisasi, perkumpulan -perkumpulan yang semuanya itu merupakan unsur – unsur pelaksana asas pendidikan masyarakat. 

Masing-masing kelompok tersebut melakukan aktifitas-aktifitas keterampilan, penerangan dan pendalaman dengan sadar dibawah pimpinan atau koordinator masing-masing kelompok. Kesemua kelompok sosial tersebut diatas adalah merupakan unsur-unsur pelaku atau pelaksana asas pendidikan yang dengan sengaja dan sadar membawa masyarakat kepada kedewasaan, baik jasmani maupun rohani yang realisasinya terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat. Maka pendidikan masyarakat adalah pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja, terencana dan terarah kepada seluruh anggotanya yang pluralistic (majemuk) tetapi tidak dipersyaratkan berjenjang serta dengan aturan-aturan yang lebih longgar untuk mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik demi tercapainya kesejahteraan sosial para anggotanya.

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampak lebih luas.

Lembaga pendidikan yang dalam istilah UU No. 20 Tahun 2003 disebut dengan jalur pendidikan non formal ini, bersifat fungsional dan praktis yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja peserta didik yang berguna bagi usaha perbaikan taraf hidupnya. Pendidikan masyarakat ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

pendidikan diselenggarakan dengan sengaja di luar sekolah

peserta umumnya mereka yang sudah tidak bersekolah

pendidikan tidak mengenal jenjang dan program pendidikan untuk jangka waktu pendek.

Peserta tidak perlu homogen

Ada waktu belajar dan metode formal, serta evaluasi yang sistematis.

Isi pendidikan bersifat praktis dan khusus

 Keterampilan kerja sangat ditekankan

Tripusat Pendidikan

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab II Pasal 2 dicantumkan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

 Menurut Islam tujuan pendidikan ialah membentuk supaya manusia, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi larangan-larangannya. Sehingga hidupnya bahagia lahir dan batin, dunia maupun akhirat. Berbagai petunjuk Al Qur’an maupun Sunnah yang menyangkut pendidikan pada umumnya menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah pendidikan moral (akhlak) dan pengembangan kecakapan atau keahlian. Pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa depan dengan membekali generasi muda dengan budi pekerti yang luhur dan kecakapan yang tinggi. 

Sedangkan pendidikan itu sendiri tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan keluarga saja, melainkan di tiga lingkungan pendidikan yaitu; lingkungan pendidikam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Jadi baik buruknya akhlak seseorang dan tinggi rendahnya kecakapan atu keahlian seseorang dipengaruhi oleh tiga lingkungan pendidikan tersebut, yang mana ketiga lingkungan tersebut terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan. 

Tri Pusat Pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.Hal itu juga dikemukakan oleh para tokoh pendidikan, hanya saja ada perbedaan dalam menentukan ketiga pusat pendidikan tersebut, diantaranya M.J Langeveld dalam Tirtaraharja (2005) mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan yaitu :

a. Keluarga

b. Negara

c. Gereja. 

Sedangkan Menurut Ki Hajar Dewantoro mengemukakan sistem Tri Centra dengan menyatakan :“Didalam hidupnya anak- anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda”.

Dari kedua pendapat tersebut itu, kini lahir istilah Tri Pusat Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, yang meliputi :

Pendidikan keluarga

Pendidikan sekolah

cPendidikan masyarakat

Tiga tempat pergaulan atau lembaga pendidikan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Untuk melihat keterkaitan antara lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat, dapat kita lihat pada gambar berikut ini:




Komentar

Postingan Populer